Pengorbanan Seorang Suami

Pengorbanan Seorang Suami


Saya perah berbincang dengan seorang pemulung. Kebetutan saja dia adalah seorang pria paruh baya. Sebelumnya saya kerap mengamatinya ketika melewati depan rumah sambil mencari-cari sesuatu sebelum akhirnya duduk di bawah pohon pada sudut jalan.

“Sudah lama pak bekerja seperti ini?”
“Hampir 10 tahun.”
“Bapak tidak pernah mempunyai keinginan untuk mencari pekerjaan lain kala itu?”
“Saya tidak pernah berhenti untuk mencoba berbagai macam kesempatan. Tapi mungkin ini sudah menjadi begaian dari hidup saya.”
“Bapak bekerja dari jam berapa?”
“Sebelum istri dan anak-anak saya bangun dari tidurnya dan saya baru pulang ketika mereka hendak pergi tidur.”
“Bapak tidak lelah?”
“Sejujurnya, iya. Kalau saya memilih untuk berhenti, bagaimana dengan anak dan istri saya? Saya harus mencari uang untuk biaya sekolah dan makan sehari-hari.”
Tanggung jawab seorang suami juga tidak kalah penting dari seorang istri. Para suami akan selalu bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan keluarganya dan dia juga akan memasang badan untuk melindungi keluarganya. Kelelahan itu akan hilang ketika dia bisa melihat senyum dari anak dan istrinya. Bagi para suami, kebahagiaan keluarga lebih penting daripada rasa lelah yang dia rasakan.
Jangan pernah berpikir bahwa pria tidak bisa mengeluh. Ketika semua sudah terlelap maka dia akan bersujud di hadapan Tuhan dan berseru-seru untuk meluapkan keluh-kesahnya. Saat dia tidak bisa meminta kepada norang-orang di sekitarnya, maka dia akan memintanya kepada Tuhan melalui sebuah doa yang ia panjatkan setiap malam.
Bagi para istri, hormatilah suamimu. Jangan pernah memandang rendah dia karena dia adalah pemberian dari Tuhan untuk menjadi pendamping hidupmu. Dukunglah dia dalam segala hal yang dia kerjakan dan buatlah dia merasa bangga karena telah memiliki keluarga yang mengasihinya.

karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Efesus 5:23


Pengorbanan Seorang Suami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar